Di era digital yang serba cepat ini, aktivitas kita semakin bergantung pada teknologi dan internet. Hal ini menciptakan peluang besar, tetapi juga risiko yang serius, salah satunya adalah serangan siber atau cyber attack. Serangan ini tidak hanya merugikan perusahaan besar, tetapi juga bisa menargetkan individu, pemerintah, dan organisasi lainnya.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang apa itu serangan siber, bagaimana hal itu terjadi, mengapa biasanya menargetkan perusahaan besar, efek dari serangan, berbagai tipe serangan, hingga cara menghindarinya.
Apa Itu Cyber Attack?
Cyber attack atau serangan siber adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok kejahatan untuk mendapatkan akses ilegal ke sistem komputer, jaringan, atau data.
Serangan ini dapat mencakup berbagai upaya untuk mengakses, mencuri, atau menghancurkan data sensitif, merusak sistem, atau bahkan menyandera data melalui teknik tertentu.
Serangan siber biasanya terjadi melalui metode seperti malware, phishing, ransomware, dan serangan denial-of-service.
Tujuan dari serangan ini bervariasi, mulai dari meraup keuntungan finansial, merusak reputasi suatu organisasi, hingga mencapai tujuan politik atau ideologis.
Kenapa Cyber Attack atau Serangan Siber Bisa Terjadi?
Ada beberapa alasan utama mengapa serangan siber dapat terjadi:
1. Kerentanan Teknologi
Kerentanan teknologi sering kali membuka celah bagi serangan siber karena sistem dan perangkat yang rentan dapat dieksploitasi oleh penyerang untuk mengakses, merusak, atau mencuri data sensitif.
Ketika software atau hardware memiliki bug, konfigurasi yang tidak aman, atau tidak diperbarui, ini memberi jalan bagi peretas untuk masuk dan mengendalikan sistem.
Selain itu, kerentanan ini bisa digunakan untuk menyebarkan malware atau ransomware yang dapat mengganggu operasi bisnis dan menyebabkan kerugian finansial yang besar.
Dengan eksploitasi kerentanan, penyerang dapat memperoleh kendali atas sistem, mengakses data yang dilindungi, dan bahkan merusak infrastruktur kritis.
2. Kurangnya Kesadaran Keamanan
Kurangnya kesadaran keamanan dapat menyebabkan serangan siber karena individu dan organisasi yang tidak menyadari risiko keamanan sering kali gagal menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Ketidaktahuan atau kurangnya perhatian terhadap praktik keamanan siber dasar, seperti penggunaan kata sandi yang kuat, verifikasi dua faktor, dan pembaruan perangkat lunak secara teratur, dapat membuka pintu bagi peretas untuk mengeksploitasi celah keamanan.
Selain itu, pengguna yang tidak terlatih mungkin tidak mengenali tanda-tanda ancaman siber, seperti email phishing atau lampiran berbahaya, sehingga lebih rentan menjadi korban.
Faktor-faktor ini bisa menyebabkan kebocoran data, pencurian identitas, dan kerugian finansial yang signifikan.
3. Peningkatan Ketergantungan pada Teknologi
Peningkatan ketergantungan pada teknologi dapat menyebabkan serangan siber karena semakin banyak aspek kehidupan pribadi dan bisnis yang terhubung dengan sistem digital, semakin besar pula peluang bagi penyerang untuk mengeksploitasi kerentanan.
Dalam lingkungan yang sangat terhubung ini, perangkat dan sistem menjadi target yang menggiurkan bagi peretas karena mereka dapat mengakses data yang lebih banyak dan lebih berharga.
Selain itu, ketergantungan yang tinggi pada teknologi sering kali diiringi dengan pengabaian aspek keamanan, seperti penundaan dalam memperbarui perangkat lunak, penggunaan perangkat yang tidak terjamin keamanannya, dan kurangnya pelatihan keamanan bagi pengguna.
Ketergantungan ini juga membuat organisasi dan individu lebih rentan terhadap serangan yang dapat mengganggu operasi sehari-hari, seperti serangan ransomware yang dapat mengunci sistem penting dan memaksa pembayaran tebusan.
4. Kepentingan Finansial dan Politik
Kepentingan finansial dan politik dapat menjadi pemicu utama serangan siber karena mereka menawarkan insentif besar bagi para penyerang.
Dalam konteks finansial, serangan siber dapat digunakan untuk mencuri informasi sensitif seperti nomor kartu kredit, data perbankan, dan informasi pribadi lainnya yang dapat dijual atau digunakan untuk keuntungan finansial.
Serangan seperti ransomware dapat memeras uang dari individu atau organisasi dengan mengunci akses ke data penting dan meminta tebusan. Di sisi politik, aktor negara atau kelompok dengan agenda politik tertentu dapat menggunakan serangan siber untuk memata-matai, mengganggu, atau merusak infrastruktur lawan mereka.
Misalnya, serangan terhadap infrastruktur kritis seperti jaringan listrik atau sistem pemilu dapat melemahkan stabilitas suatu negara dan mempengaruhi hasil politik. Serangan ini sering kali dirancang untuk menanamkan ketidakpercayaan dan kekacauan, yang dapat memberikan keuntungan strategis bagi pelaku di balik serangan.
Dengan demikian, baik motif finansial maupun politik memberikan dorongan kuat bagi pelaku untuk melancarkan serangan siber dengan tujuan mencapai keuntungan atau pengaruh tertentu.
Kenapa Kebanyakan Serangan Siber Menargetkan Perusahaan Besar?
Perusahaan besar kerap menjadi sasaran serangan siber karena menyimpan sejumlah data besar. Data ini mencakup informasi sensitif tentang pelanggan, seperti identitas pribadi dan detail keuangan, serta data internal perusahaan yang penting.
Jumlah dan nilai data tersebut menjadikan perusahaan besar lebih menarik bagi penyerang siber yang ingin mengeksploitasi informasi berharga tersebut.
Beberapa alasan mengapa perusahaan besar sering menjadi target antara lain:
1. Volume Data yang Besar
Perusahaan besar memiliki data pelanggan, informasi keuangan, dan informasi rahasia dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini menjadikan mereka target utama bagi peretas yang ingin mendapatkan keuntungan finansial atau informasi yang berharga.
2. Nilai Finansial yang Tinggi
Perusahaan besar memiliki sumber daya finansial yang besar, yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku serangan untuk meminta tebusan atau untuk dijual ke pihak lain. Serangan ransomware, misalnya, sering menargetkan perusahaan besar yang mampu membayar jumlah uang tebusan yang tinggi.
3. Keuntungan Reputasi bagi Penyerang
Menyerang perusahaan besar dapat meningkatkan reputasi penyerang di dunia kriminal atau di antara komunitas peretas.
Kesuksesan dalam menyerang organisasi besar sering kali dianggap sebagai “prestasi” tersendiri dalam komunitas tersebut.
4. Koneksi dengan Infrastruktur Kritis
Banyak perusahaan besar memiliki koneksi dengan infrastruktur yang dianggap kritis, seperti sistem energi, air, dan komunikasi.
Serangan pada perusahaan-perusahaan ini bisa berdampak luas pada masyarakat dan bahkan keamanan nasional.
Siapa Dibalik Cyber Attack yang Sering Terjadi?
Pelaku di balik serangan siber bervariasi dan bisa berasal dari berbagai latar belakang, di antaranya:
1. Peretas Kriminal (Cybercriminals)
Kelompok peretas ini biasanya memiliki tujuan finansial dan sering menggunakan metode seperti ransomware untuk memeras perusahaan atau individu.
2. Kelompok Hacker yang Diorganisir Secara Nasional (State-Sponsored Hackers)
Beberapa serangan dilakukan oleh peretas yang bekerja untuk kepentingan negara tertentu, biasanya untuk tujuan mata-mata, pencurian data sensitif, atau sabotase.
3. Insider Threats
Serangan ini datang dari orang dalam perusahaan, seperti karyawan atau mantan karyawan, yang memiliki akses langsung ke sistem.
Mereka bisa saja membocorkan informasi atau menyebabkan kerusakan karena merasa tidak puas atau karena alasan finansial.
4. Hacktivists
Hacktivists adalah individu atau kelompok yang menyerang sistem komputer untuk mempromosikan agenda politik atau ideologis.
Mereka tidak selalu memiliki motif finansial, tetapi sering kali bertujuan untuk menyebarkan pesan atau protes tertentu.
Apa yang Menjadi Target Serangan Siber?
Serangan siber dapat menargetkan berbagai jenis data dan aset, antara lain:
1. Data Pelanggan
Informasi pribadi pelanggan seperti nama, alamat, nomor telepon, dan informasi keuangan sering menjadi target utama karena dapat digunakan untuk berbagai tujuan jahat.
2. Data Finansial
Data finansial perusahaan seperti informasi rekening bank, laporan keuangan, dan informasi transaksi juga menjadi target yang sangat bernilai.
3. Informasi Rahasia Perusahaan
Rahasia dagang, strategi bisnis, dan informasi sensitif perusahaan lainnya sering kali menjadi sasaran serangan siber karena memiliki nilai yang besar di pasar gelap.
4. Sistem Operasional dan Infrastruktur
Serangan pada sistem operasional perusahaan dapat mengganggu produksi atau layanan, menyebabkan kerugian besar dari sisi operasional dan reputasi.
Efek yang Terjadi Jika Terkena Serangan Siber
Serangan siber bisa berdampak luas pada perusahaan maupun individu. Beberapa efek umum dari serangan siber adalah:
1. Kerugian Finansial
Serangan ransomware atau pencurian data dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar. Perusahaan mungkin harus membayar uang tebusan atau menanggung biaya besar untuk memulihkan sistem yang rusak.
2. Kehilangan Kepercayaan Konsumen
Konsumen yang mengetahui bahwa informasi mereka telah diretas mungkin akan kehilangan kepercayaan pada perusahaan, yang pada akhirnya merugikan reputasi perusahaan.
3. Gangguan Operasional
Serangan pada sistem dapat menyebabkan gangguan produksi atau layanan, yang dapat berdampak pada produktivitas dan penjualan.
4. Denda dan Sanksi Regulasi
Beberapa negara memiliki undang-undang ketat mengenai keamanan data. Perusahaan yang gagal melindungi data pelanggannya bisa dikenakan denda atau sanksi oleh pemerintah.
Beberapa Tipe-Tipe Serangan Siber
Serangan siber memiliki berbagai bentuk dan metode. Beberapa tipe serangan siber yang paling umum meliputi:
1. Malware
Malware adalah perangkat lunak berbahaya yang dapat merusak sistem atau mencuri data. Contohnya adalah virus, trojan, dan spyware.
2. Phishing
Phishing adalah upaya untuk menipu individu agar memberikan informasi pribadi atau finansial dengan berpura-pura sebagai entitas tepercaya.
3. Ransomware
Jenis malware ini mengenkripsi data korban dan meminta uang tebusan agar data tersebut dapat diakses kembali.
4. DDoS (Distributed Denial of Service)
Serangan ini dilakukan dengan membanjiri sistem dengan lalu lintas palsu hingga sistem tersebut menjadi tidak dapat diakses.
5. Man-in-the-Middle (MitM)
MitM adalah jenis serangan di mana peretas menyusup ke dalam komunikasi antara dua pihak dan mencuri atau mengubah informasi yang sedang ditransmisikan.
6. SQL Injection
SQL injection adalah serangan di mana peretas memasukkan kode berbahaya ke dalam basis data melalui formulir input untuk mengakses atau mengubah data secara tidak sah.
Kesimpulan
Serangan siber yang menjadi ancaman serius di era digital ini memengaruhi berbagai pihak termasuk individu, perusahaan, dan pemerintah.
Serangan siber, yang meliputi berbagai metode seperti malware, phishing, dan ransomware, terjadi karena kerentanan teknologi, kurangnya kesadaran akan keamanan siber, dan ketergantungan pada teknologi. Perusahaan besar lebih sering menjadi target karena data dan nilai finansial yang dimilikinya.
Efek serangan siber meliputi kerugian finansial, hilangnya kepercayaan konsumen, gangguan operasional, hingga sanksi regulasi.
Untuk melindungi bisnis Anda dari ancaman tersebut, Anda membutuhkan solusi keamanan siber yang komprehensif. Temika.co.id hadir sebagai mitra terpercaya Anda dalam menjaga keamanan sistem informasi.